-->
-->
News Info News Info
-->
9:21 AM
Diposkan oleh edza |
Alhamdululah edisi perdana sudah terbit, walau masih banyak kekurangan tapi kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat dan menyebarkan ide-ide kreatif di indonesia
Download
Portofolio Getart
=========================================================
KIRIM ARTWORK KAMU SEBELUM 15 JUlI 2009
KIRIM KE :
edza@seniman.web.id
getart@seniman.web.id
----------------------------------------------------
KARYA BERUPA :
-------------------
DESAIN, IKLAN KREATIF, ILUSTRASI, FOTOGRAFI, TULISAN,
--------------------------------------------------------------------
ATAU HAL KREATIF LAINNYA
----------------------------------
YANG BERKAITAN DENGAN
THE POWER OF DREAM,
DAN SERTAKAN DATA DIRI
------------------------------------------------------------------------------
DAN LINK SITUS ATAU CONTACT KAMU
---------------------------------------------
INILAH KESEMPATAN KREATIF BARENG GETART!
--------------------------------------------------------
===============================
JPG, 2048 X 1536 PIXEL 300 DPI
===============================
Ini kesempatan kamu menjadi kreatif bareng "
GETART " jadi jangan sia-siakan kesempatan ini untuk kreatif
=========================================================
Info :
bagi yang mau beriklan di GETART silahkan kirim email ke edza@seniman.web.id
1:32 PM
Diposkan oleh edza |
Karya ini menggabungkan 4 x 5 kamera, sebuah scanner dan Photoshop untuk membuat dan sering timbul menggelisahkan dunia dimana kekerasan selamanya lurking dalam bayangan. Meskipun Anthony bekerja sebagai fotografer komersial dan musik, dia telah eerily ini atmospheric Potret untuk proyek pribadi
Ini berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga dan akibat bagi perempuan dan anak-anak yang telah disalahgunakan. Hal ini juga terkait dengan yang ada saat ketika akhir jerami - bila hal-hal yang membawa korban ke tangan mereka sendiri
1:20 PM
Diposkan oleh edza |
12:38 PM
Diposkan oleh edza |
12:11 PM
Diposkan oleh edza |
Natalie Shau adalah digital seniman muda berbakat dari Vilnius, Lithuania. Ia berspesialisasi dalam campuran manipulasi foto, desain 3D dan digital lukisan (kebanyakan menggunakan photoshop) untuk membuat dia sering creepy, Gothic, boneka, dongeng angka. Natalie's inspirasi untuk indah renditions berasal dari kurang terpelajar artis dari Ray Caesar, Trevor Brown dan Mark Ryden. Gaya dia adalah untuk menakuntukan fantastis "bayi seni", sangat dipengaruhi oleh agama dan gambar fantasi seni.
Dia baru saja melakukan penutup elegi (41 masalah), sebuah majalah Perancis Gothic dengannya "Black Widow". Natali's bekerja juga telah diulas dalam Bayangkan FX (depan penerbitan), Photo Art, IEVA majalah, Aboba, Le Calepin Jaune fanzine dan banyak lagi. Dia juga telah meminta untuk memproduksi album seni untuk menutupi Century Media, Nuclear Blast, Black Lotus Rec. dll
11:28 AM
Diposkan oleh edza |
Indonesia berdasarkan artis Dhanank Pambayun (aka Tragikpixel) menciptakan hibrida menarik vector / piksel bekerja sebagai showcased pada portofolio online, Inc Tragiklab Disini, kita melihat kedua proyek komersial dan pribadi seperti, 2d animasi, grafis, digital / manual ilustrasi, dan sebagainya aktif, yang membuat campuran yang sangat baik dari pikiran imagery. Apa yang lebih baik dari desain dan Dhanank ilustrasi Anda ambil mata di jalan segar dan asli. Merangsang mata, melalui sangat kompleks dan compositional teknik layering dengan detail rumit. Dhanank tanda kutip ....
"Saya benar-benar mencintai kompleks komposisi, warna, dan fractal hias benda. Dalam bekerja Anda akan selalu menemukan gaya dekoratif, ramai benda, baik karakter, warna dan detail tinggi. Saya tidak dapat membuat desain yang sederhana, saya selalu mengubahnya menjadi rumit desain dengan detail tinggi. Hias, grunge, dengan tinggi adalah ... saya. "
Dhanank's inspirations meliputi: film, buku, dan webzines seperti Dik, Newwebpick, Lounge72, artdorks dan gambaran dunia, hanya beberapa sumber ia menemukan banyak dari ide-ide segar. Tapi dia juga terinspirasi oleh mimpi, maka sirkus, Markus Rayden, Tim Burton, James Jean, dan banyak lagi.
Sebagai catatan akhir, ia tidak akan sulit untuk mencari inspirasi dari Dhanank yang unik dan murni desain / ilustrasi. I'd menyarankan untuk mengunjungi Trajiklabs mencakup keseluruhan spektrum orang luar biasa, dan juga melihat dalam format yang lebih besar juga.
Namun, Anda dapat melihat contoh-contoh di bawah ini. Tapi saya janji anda, ia akan membuat Anda haus untuk lebih ....
11:40 PM
Diposkan oleh edza |
Disini peran sebuah desain adalah untuk menggabungkan atau mengurangi suatu bentuk dari gambar, benda, objek maupun tulisan sehingga menghasilkan sebuah ilusi yang cukup membuat ke 2 mata kita terheran
perhatikan gambar di bawah ini :
Anda pikir benda yang imposibel tidak dapat
dibangun di dunia ini?
Berpikir lagi, sekarang kita dapat melihat
benda imposibel mereka dibangun dalam kehidupan
nyata!
sekarang kita dapat berpikir betapa dasyatnya sebuah desain yang imposibel dapat di ciptakan di dunia ini.
edza@seniman.web.id
11:23 PM
Diposkan oleh edza |
Aksi para seniman jalanan di luar negri sungguh dasyat!!
http://www.moillusions.com
12:34 PM
Diposkan oleh edza |
Perkembangan dahsyat industri desain komunikasi visual (DKV) dewasa ini, tak lepas dari peran dunia akademis. Kurikulum, sarana prasarana, kompetensi dan kapasitas dosen sebagai garda depan pembaruan DKV ikut menentukan keberadaannya.
Berdasar kenyataan tersebut, ada baiknya kita mulai memikirkan bagaimana mendekonstruksi mitos bahwa kurikulum pendidikan itu selalu ketinggalan jaman. Hal ini hanya bisa dilakukan manakala ada hubungan sinergis antara jagad industri, paraalumnus, paradosen, dan institusi pendidikan desain komunikasi visual.
Dalam catatan saya, pihak industri menginginkan lulusan desain komunikasi visual siap pakai dengan segala amunisi yang dimiliki. Baik skill drawing, pencarian dan pengungkapan ide gagasan, pengetahuan dan konsep desain, kepiawaian berkomunikasi, maupun penguasaan software dan hardware komputer. Di sisi lain, pihak industri tidak sanggup memikul tanggung jawab sebagai ‘’sekolah lanjutan” bagi lulusan perguruan tinggi yang akan memasuki dunia industri komunikasi visual.
Tuntutan dan keinginan semacam itu hampir pasti tidak pernah bisa dipenuhi. Hal itu terjadi, karena pengadaan sarana dan prasarana di perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi desain komunikasi visual, baik swasta apalagi negeri, tidak bisa dengan serta merta mengikuti perkembangan information technology yang melesat dahsyat. Selain itu, menurut amatan saya adalah keberadaan dosen pengampu yang pecah menjadi tiga kubu.
Pertama, dosen full akademik. Keberadaannya kurang mengetahui perkembangan industri desain komunikasi visual yang sebenarnya. Aktivitas kesehariannya adalah: mengajar, mengajar, dan mengajar.
Kedua, dosen yang berorientasi ”mengoleksi” jabatan struktural. Dosen tipe kedua ini hari-harinya lebih disibukkan untuk mengejar kenaikan pangkat fungsional agar bisa menjadi pejabat struktural di lingkungan pekerjaannya. Dosen semacam ini sangat ambisius untuk penjadi priyayi akademik dengan mengupayakan aktivitas kesehariannya sebagai pejabat struktural. Selesai menjabat sebagai Ketua Program Studi atau Ketua Jurusan, maka ia akan mencalonkan diri menjadi Wakil Dekan. Pasca Wakil Dekan, menapaki tangga jabatan struktural yang lebih tinggi lagi: Dekan, Wakil Rektor, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, atau bahkan Rektor.
Ketiga, dosen dengan seragam praktisi murni yang waktunya lebih banyak difokuskan untuk mencari billing, mengejar klien, dan mencari ide desain baru untuk eksekusi verbal visual demi mempertahankan eksistensi pekerjaan kreatifnya yang sudah menjadi darah dagingnya.
Karena itulah, sudah saatnya dunia industri jasa komunikasi visual maupun ‘’industri pendidikan desain komunikasi visual” saling membagi pengalaman dan membantu satu sama lain. Karena setiap penyelenggara pendidikan desain komunikasi visual memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Jadi ada kebutuhan simbiosis mutualisma ala sekolah desain komunikasi visual. Yang bisa menjadi pertimbangan adalah memahami karakter dan visi dari pendidikan desain komunikasi visual itu sendiri.
Sebagai studi komparatif seperti diungkapkan Henricus Kusbiantoro, sekolah desain di New York dan San Francisco cenderung lebih “komersial” dan sangat memenuhi kebutuhan industri, para praktisi pun senang terlibat di sana. Berbeda bila kita bertemu dengan sekolah desain di luar New York seperti Cranbrook Academy of Art yang memiliki spesialisasi di bidang eksperimentasi desain dan tipografi. Sementara itu, Yale School of Art dan RISD kuat dalam proses kreatif dan metode Swiss Design. Terkadang mereka “kurang siap” saat memulai karir di kota besar, ini satu dilema yang tak dapat dihindari. Kedua kubu ini, yaitu sekolah “akademis” dan “praktis/komersial” saling melengkapi dan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling membutuhkan.
Kenyataan semacam itu perlu kita catat dengan lapang dada mengingat kita semua mengharapkan munculnya – meminjam terminologinya Enin – ”renaisans desain komunikasi visual” Indonesia secara menyeluruh. Untuk itu kita perlu melakukan gerakan renaisans dan evaluasi berbagai bidang terkait dengan desain komunikasi visual.
Selama ini kita banyak berkiblat pada pendidikan desain versi Bauhaus. Sayang dalam perkembangannya kita hanya menyontoh sistem pendidikan dasar secara harafiah dan kaku. Tetapi kita melupakan peran Bauhaus sebagai laboratorium desain yang dinamis. Di kampus Bauhaus mahasiswa didorong untuk melakukan eksplorasi, menemukan sesuatu (discover and invent) dan kemudian menuliskan temuan-temuannya.
Mahasiswa juga didorong untuk melakukan evaluasi, mencari dasar pembenaran, memberikan kritik positif dan negatif terhadap karya-karya sejarah. Sebaliknya, dosen jangan hanya mengatakan bahwa kita harus mengikuti panduan pendapat salah satu buku. Dalam konteks ini, tugas dosen adalah sebagai katalisator, memberikan studi banding atas materi-materi atau memberikan inspirasi dan apresiasi dari sudut pandang lain.
Terkait dengan semangat pendidikan desain ala Bauhaus, sudah saatnya kita mengedepankan konsep ‘’have the end in mind”. Artinya, kita membayangkan pengetahuan dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh mahasiswa lulusan desain komunikasi visual. Teori-teori dan pelatihan apa saja yang nanti dapat diaplikasikan agar ia bisa bekerja dan berkarya nyata.
Semuanya itu tentu harus dikonfirmasikan, disinergikan dan dikomunikasikan kepada parapihak yang berkompeten di lingkungan industri desain komunikasi visual dan diupayakan agar setiap tahun di-update, karena perkembangan industri desain komunikasi visual sangat dinamis.
Setelah semuanya siap, kristalisasi dari konsep ‘’have the end in mind” itu direncanakan dan diejawantahkan dalam berbagai teori yang signifikan untuk diajarkan kepada parapeserta didik. Konsep semacam itu dalam perkembangannya lebih mengutamakan kurikulum dengan senantiasa mengedepankan local color, karena masing-masing perguruan tinggi itu mempunyai keunggulan dan kompetensi yang berbeda antara yang satu dengan lain. Hal ini harus tetap dipertahankan untuk menumbuhkan keberagaman sudut pandang dan outcome dari masing-masing perguruan tinggi desain komunikasi visual. Setelah itu direncanakan teori dan pelajaran setiap semester. Kemudian bahan dan substansi setiap pelajaran, cara pengajaran, kuantitas, kualitas, dan kompetensi, pengajarnya.
Selanjutnya kita harus memastikan tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan akademis adalah pelajaran teori dan praktik yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pekerjaan. Kalau ini tak dijalankan maka bisa seperti rel kereta api, sejajar tetapi tak ada titik temunya.
Perlu pula dilakukan persamaan pandangan dan pendapat antara dunia akademis dan dunia industri. Kemudian terus menerus diselaraskan dengan perkembangan jaman. Selain itu, mulai semester 4 atau 5, mahasiswa sudah diarahkan menjadi seorang spesialis karena di perusahaan senantiasa mengedepankan spesialisasi.
Para pengajar seyogianya mengetahui dan dilatih dengan metode-metode pengajaran yang betul-betul dapat membimbing anak asuhnya. Mahasiswa (dan juga dosennya) perlu secara periodik memperoleh pengetahuan nyata melalui “dosen tamu” dari pihak industri.
Pihak industri secara legawa bersedia melibatkan paraakademisi dalam berbagai kegiatan industri. Dengan demikian, informasi terkini tentang kebutuhan industri pun bisa ditangkap dengan mulus oleh institusi pendidikan desain komunikasi visual.
Dosen pengampu mata kuliah teori dan praktik yang terkait dengan desain komunikasi visual diberi kesempatan untuk mendalami berbagai macam teori dan praktik di industri melalui proses magang. Dosen tidak cukup magang sekali seumur hidupnya. Seyogianya secara periodik harus keliling bersinergi di antaranya dengan berbagai advertising agency, media spesialis, event organizer, production house, percetakan, penerbitan, dan studio desain komunikasi visual. Setelah itu setiap 2-3 tahun mengikuti refreshing course. Bukankah mendapatkan pengalaman secara komprehensif juga merupakan bagian dari suatu proses pendidikan?
Jika hal tersebut bisa dilakukan secara sistematis maka niscaya kita bisa mengurangi kesenjangan antara dunia industri dengan lembaga pendidikan desain komunikasi visual.
(http://sumbo.wordpress.com/)
11:50 AM
Diposkan oleh edza |
Ketika seseorang berbicara kepada orang lain, sesungguhnya orang tersebut sedang melafalkan beberapa lambang bunyi yang arti dan maknanya telah disepakati bersama.
Lambang bunyi, dalam konteks ini, divisualkan dalam bentuk simbol-simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dimengerti maksudnya. Dalam peradaban modern, lambang bunyi yang berbentuk huruf memiliki peranan penting dalam sebuah proses komunikasi antarmanusia.
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.
Huruf dan tipografi merupakan soko guru tunggal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Banyak orang sudah melek huruf, sudah pasti mengenal lambang bunyi tersebut. Mereka sudah pasti dapat mengeja, membaca, dan menuliskan lambang bunyi itu untuk berbagai kepentingan dan keperluannya masing-masing. Tetapi tidak sedikit yang buta tipografi. Mengapa demikian? Karena tipografi senantiasa terkait dengan tatasusun, tatakelola, dan tatapilih huruf untuk kepentingan komunikasi visual.
Sementara itu, perkawinan antara tipografi dengan nirmana merupakan sebuah perkawinan agung. Keduanya diyakini sebagai pasangan kinasih yang tidak bisa dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dalam hubungannya dengan desain komunikasi visual, tipografi dan nirmana adalah elemen penting yang sangat diperlukan guna mendukung proses penyampaian pesan verbal maupun visual.
Meski nirmana dipahami sebagai sebuah bentuk yang tidak berbentuk. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan penting perihal bagaimana menata dan menyusun elemen dasar desain komunikasi visual . Peranan penting lainnya, di dalam nirmana mensyaratkan tatasusun dan tatakelola unsur desain komunikasi visual dalam sebuah perencanaan komposisi yang serasi dan seimbang di dalam setiap bagiannya.
Huruf yang telah disusun secara tipografis dengan mengedepankan konsep harmonisasi nirmana merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Keberadaannya diyakini mampu memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik, persuasif dan komunikatif.
Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan tipografi dalam perspektif nirmana yang tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal dan pesan visual karya desain komunikasi visual tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir menguasai tipografi dan nirmana untuk dipergunakan menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya menjadi kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target sasaran. Dengan menjadi kurir komunikasi yang baik – berkat pemilihan tipografi yang tepat dengan mengedepankan aspek readibilitas (dipengaruhi oleh ukuran huruf, jarak antarhuruf, dan jarak antarbaris yang terlalu dekat atau jauh) dan legibilitas (dipengaruhi oleh kerumitan desain huruf, penggunaan warna, tinta, dan kertas) yang akurat – maka masyarakat luas tidak akan terjebak pada perkara-perkara atau kasus-kasus mengarah pada belantara perbedaan persepsi yang akan menimbulkan bencana miscommunication!
http://sumbo.wordpress.com/
2:26 AM
Diposkan oleh edza |
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif kepada para audience. Dalam desain grafis tulisan juga dianggap sebagai gambar karena merupakan hasil abstraksi ( kreasi dari bentuk-bentuk thypography yang di olah ) simbol-simbol yang bisa dibunyikan. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi visual ( Desain grafis ) dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (desain).
Seni desain grafis mempunyai unsur-unsur dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan layout
Hasil dai sebuah olahan gambar maupun teks, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia .
Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
10:32 AM
Diposkan oleh edza |
Cetak Halaman Ini
Kehidupan manusia mengalir bersama tanda.bersama segala kebenaran dan kepalsuan tanda-tanda yang mengalir dalam kehidupannya,manusia mengambil keputusan pada setiap tanda yang dihadapi,termasuk keputusan untuk memaknakan sebagai apa tanda itu.tanda-tanda dalam budaya post modern ini, bisa dimaknakan secara reflektif maupun prareflektif,semua terserah kita
Kesadaran akan realitas tak pernah berhenti pada suatu kebenaran yang definitif melainkan bergerak mengikuti keberadaan dan kekinian.ia mengada dalam ruang dan waktu.diri adalah entitas yang terlempar dalam lautan ketiadaan yang membuatnya terus berada dalam keadaan mencari dan mencari.pada keberaniannya mengarungi samudra ketiadaan itulah manusia menemukan dirinya,seperti yang dijelaskan oleh Jacques Derrida dalam konsep mengenai dekonstruksi, bahwa makna tak pernah menetap,dia secara konstan berubah makna tergantung manusia sebagai agen yang mengoperasikannya.pada titik ini lantas realitas bergerak sebagai sistem penanda yang tak pernah berhenti pada suatu finalitas petanda manusia yang hidup dan terus mengada adalah manusia yang terus menerus menciptakan dirinya meski tak pernah ada orisinalitas karena keberadaanya dalam samudra ketiadaan budaya,namun ia terus berusaha dalam kreatifitas penciptaan diri terus menerus dan lepas dari keterpasungan pemikiran.titik ini adalah titik dimana manusia hidup layaknya seni,ia terus berkembang,ia sendiri adalah karya yang layak untuk terus menerus diapresiasi
Disinilah kita menghargai kemanusiaan.manusia adalah entitas misteri yang tak bisa terjelaskan,pun tak bisa ditempatkan dalam finalitas definisi.ada sisi-sisi idiosinkretis yang hanya bisa dipahami oleh subyak itu sendiri,ada sisi-sisi kebenaran yang hanya berlaku untuk subyek itu sendiri.pada titik ini perbedaan identitas menjadi suatu yang semestinya bisa diterima. Orang bisa berbaju sama,beragama sama,beretnis sama,tapi tetap ada hal yang berbeda yang mengarakterisasi dirinya seperti halnya baik dan buruk,cinta dan benci,laki-laki perempuan,hitam dan putih,yin dan yang,dan lain sebagainya.
email : edza@seniman.web.id
9:14 AM
Diposkan oleh edza |
-->
Proses pendewasaan diri kita berawal dari sebuah perjalanan dan proses pembelajaran, antara kemauan dan kemampuan yang dapat diaplikasikan dengan sebuah karya-karya maupun pada pola tingkah laku kita sebagai sang manusia yang kreatif. Akan tetapi terkadang kita ditempatkan pada posisi sebagai salah satu orang kreatif yang bertemu dengan proses otodidak dan ototidak, dikarenakan ototidak itu muncul karena adanya ke tidak-an kita dalam melakukan sesuatu yang bersifat kreatif sehingga kita tidak mau mencari sesuatu hal yang bersifat kreatif pula. Otodidak sering kali diasumsikan oleh orang awam sebagai suatu bakat atau ketrampilan yang didapat bukan melalui jalur akademis (baca: sekolahan). Sebenarnya banyak orang kreatif yang ada di dunia ini, namun kadang mereka tidak bisa melakukan proses pembelajaran secara akademis karenanya adanya faktor yang tidak mendukung selanjutnya mereka mengasah bakat-bakat kreatifnya dengan cara otodidak tersebut. Namun jangan salah ketika proses kreatif secara otodidak tersebut mempunyai nilai plus sehingga mereka mampu menciptakan ide-ide maupun karya yang tidak kalah hebat, bukan beranggapan bahwa orang yang memilki kemapuan dari jalur akademis kurang berbakat atau tidak kreatif. Masing-masing dari otodidak maupun ototidak memiliki kendala dan kelebihan masing-masing.
Hal yang menyulitakan adalah sering kali kita terjebak dalam dua pilihan yang nampak sama nyata tetapi berbeda yaitu otodidak dan otodidak, kita akan bingung memposisikan diri pada berproses kreatif apa tidak? kenapa demikian?. Hal ini dikarenakan kita tidak bisa memaksakan kehendak untuk berproses kreatif, sehingga ketika menemui kendala untuk berkarya kreatif ujung-ujungnya “mentok” dengan ototidak berkarya (menyerah sebelum berkarya), sehingga kita benar-benar tidak mampu untuk berkarya. Walaupun sebenarnya memiliki kemampuan untuk berkarya akan tetapi hasilnya kurang maksimal, karena ototidak sudah menggengam hati dan pikiran kita untuk berkarya kreatif sehingga ide-ide dasar untuk berkarya kreatif itu kandas.
Sebetulnya otodidak dan ototidak itu sudah mendasar dalam diri kita, sehingga kita sulit untuk menempatkan atau memilih hal tersebut dikarenakan terlalu memikirkan dan menghayalkan hal-hal yang bersifat akademis. Hal yang perlu kita ketahui adalah perasaan serta kemauan kita dalam memposisikan diri dalam otodidak atau ototidak atau kita dapat mengembangkan pikiran kita yang otodidak dan disempurnakan lewat polesan ototidak. Pilihan tersebut kembali lagi kepada masing-masing individu, apa kebutuhan kita? apa kemauan kita? kemana arah kita? apa pilihan kita? Otodidak kah? atau Ototidak, atau kedua-duanya. “Percaya tidak percaya terserah bagaimana anda menyikapinya”.
Pernah di muat di majalah kreatif BAJIGUJR
email : edza@seniman.web.id
2:23 AM
Diposkan oleh edza |
berkarya seni pada dasarnya adalah proses pendewasaan diri, pendewasaan diri dalam rangka membangun keutuhan kerangka berfikir yang senantiasa berubah sesuai dengan tanggapan pola pikir dan perassan terhadap apa yang terjadi sekitar kita. Jadi, sebuah karya seni bukan semata-mata bentuk yang tak berdasar dan tanpa jiwa. Namun, lebih kepada manifestasi sengaja pengalaman empiris dan sepiritual yang tertuang dalam sebuah bentuk yang disebut karya seni.
Alangkah senangnya jika kesemestaan alam ini yang berisi berjuta-juta energi hanya dimandulkan saja tanpa digali, difahami dan bahkan dituangkan secara kreatif, inovatif, inspiratif dan berdaya guna buat diri pribadi/personal ataupun global/dunia luas. Dengan kata lain bahwa segala hal yang teraba oleh indra (seluruh indra) dan perassan (hati nurani) akan menimbulkan energi yang luar biasa jika kita mampu menerjemahkan dan menuangkanya kedalam dimensi kreatifitas.
Senirupa, baik pure ataupun applied secara literal merupakan wujud pengejawantahan atau me”rupa”kan sembol-simbol alam semesta. Simbol-simbol alam tersebut kemudian di representasikan dalam bentuk visual (kasat mata) walaupun kadang sumber dari simbol-simbol tersebut bersifat maya, intangible , gaib ataupun tak kasat mata. Representasi dari simbol-simbol tersebut.
Dalam perspektif sepiritual, pencipta karya seni adalah subjek yang harus melihat objek (symbol-simbol) sebagai sebuah penghargaan terhadap Yang Maha Kuasa. Dengan demikian sang pencipta karya seni otomatis mampu untuk menghargai dirinya sendiri menghargai proses penciptaan karya dan menghargai hasil karya seni yang diciptakannya. Dan pada akhirnya persembahan karya seni tersebut buka semata-mata buat dirinya sendiri, ataupun kepada masyarakat umum lebih jauh lagi buat Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta.
Dan jika kita bicara masalah objek (nyata maupun gaib) maka seperti mengaduk-aduk samudra luas tak terbatas! Setiap materi yang ada bias dijadikan sebagai sumber inspirasi. Sekecil apapun itu jika diamati dengan seksama akan muncul “nilai” yang pernah pelit membiarkan mata dan indra manusia untuk menikmatikeindahan ciptan-Nya.
7:25 PM
Diposkan oleh edza |
Unik, nyentrik, aneh, santai…….ungkapan-ungkapan semacam itni sudah tidak asing lagi bila terlontar dari mulut dari orang yang berkabetulan bertentangga dengan mahluk yang beepredikat Pekerja Seni ini. Apapun yang dilakukan kebetulan tidak sesuai dengan ukuran baku kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya, akan disambut dengan kalimat “Maklum diakan Seniman”,seolah-olah kalimat ini menjadi pembenaran bahwa menjadi seniman sudah pasti akrap dengan atribut keanehan seperti itu.
Menjadi seniman yang hidup ditengah-tengah masyarakat yang heterogen sebenarnya bukan suatu hal yang aneh, kalau boleh dikatakan istimewa. Bagi masyarakat awam, kehadiean seniman ditengah-tengah mereka sering dipandang unik namun bisa memberikan warna lain dalam kehidupan mereka. Hal ini tidak lain karena kebiasaan dan tampilan seniman yang tampak berbeda dengan lingkingan tempat ia tinggal. Dari kebiasaan berpenampilan, pola kerja, kendaraan, dan rutinitas ia sehari-hari, sehingga akan mempermudah orang yang kesulitan mencari alamatnya. Tinggal tanyakan pada tukan becak dan embok-mbok yang berjualan di pinggir jalan, pasti beres.
Pada umumnya, masyarakat beranggapan bahwa kerja adalah : aktifitas pada suatu instansi baik negri maupun swasta. Pergi pagi pulang sore dengan upah nominal sekian rupiah. Sedemikian sulit untuk mengubah persepsi dan pandangan mereka dengan nilai kerja yang sesungguhnya. Kadang pola kerja seniman tidak bisa diatur seperti itu. Lebih disebabkan oleh pengayakan ide-ide kreatif tidak bisa dilakukan dengan secepat menghitung hari. Kalau kita amati lebih cermat, sesungguhnya seniman memiliki jam kerja yang tidak terbatas dibanding masyarakat pada umumnya. Bayangkan saja, ia masih harus bekerja ketika orang lain sudah enak dengan mimpi-mimpinya ( tertidur pulas ) karena seniman memiliki pola kerja dan pola tidur yang tidak teratur dan para seniman menganut faham “sesempatnya” . mereka justru lebih terlihat sungguh-sungguh bekerja dibanding pegawai lain.
Seniman memiliki tanggung jawab yang tidak ringan di dalam masyarakat, disatu sisi dituntut aktif dalam kegiatan bermasyarakat sedangkan di sisi lain harus disibukkan dengan menggali potensi diri dan menumbuhkan ide-ide kreatif. Ketika kedua aktifitas tersebut berbenturan sedah barang tentu harus ada bagian yang tidak dapat di penuhi sehingga mereka tidak punya banyak waktu untuk menghadiri beberapa undangan RT, ronda, bahkan untuk sekedar kerja bakti. Terlebih bila dead linepameran serasa mengejar-ngejar. Waktu yang tersedi8a 24 jam sehari serasa kurang. Sehingga dapat dimaklumi jika ada beberapa seniman cenderung menari diri dan kurang bersosialisasi dengan lingkungannya. Namunh dalam banyak hal, masyarakat membutuhkan peran sesosok seniman. Ketika memasuki wilayah yang memerlukan ide-ide kreatif dan artistik, peran seniman sangat menentukan. Sehingga tanpa disadari, seniman sudah memberikan wawasan penjelajahan kreatif pada masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan kebiasaan yang berbeda itulah sehingga seorang seniman mudah lebih dikenali. Terlepas dari tampilan visual karya-karya meraka dan seberapa sering mereka berpameran. Kehadiran seniman ditengah-tengah masyarakat mampu memperkaya atmosfir bagi kehidupan mereka yang selalu penuh dengan rutinitas.
-->
saya Agus Sutisna posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang Pak Hj Sudarsono katanya perna di bantu
melalui Uang Gaib saya coba2 menghubungi
Dan Menanyakan Betul Anda Bisa Bantu Masalah Ke Uanggan
Beliau Berkata Beneran.JAdi Saya Mencoba Minta Bantuan Alhamdunilla Berhasil
terima kasih banyak Pak Hj Sudarsono
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha.
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI PAK HJ SUDARSONO 0852 2283 6389
tak ada salahnya anda coba
karna Pesugihan Uang Gaib Pak Hj Sudarsono NyaTha,,,...
Atau Mau Info Lebih Jelas Silakan KLIK PESUGIHAN UANG GAIB
saya Agus Sutisna posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang Pak Hj Sudarsono katanya perna di bantu
melalui jalan Uang Gaib saya coba2 menghubungi
Dan Menanyakan Betul Anda Bisa Bantu Masalah Ke Uanggan
Beliau Berkata Beneran.JAdi Saya Mencoba Minta Bantuan Alhamdunilla Berhasil
terima kasih banyak Pak Hj Sudarsono
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha.
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI PAK HJ SUDARSONO 0852 2283 6389
tak ada salahnya anda coba
karna Pesugihan Uang Gaib Pak Hj Sudarsono NyaTha,,,...
Atau Mau Info Lebih Jelas Silakan KLIK PESUGIHAN UANG GAIB